Aq duduk di
sampingnya, di balkon ini terdengar nada dari petikan gitar yang ia mainkan. Dia
memainkan salah satu lagu dari Sixpence None The
Richer. Ku amati dirinya di bawah sinar bulan, kini aq tersadar dia sudah
tak sama lagi, dia bukan lagi kekasih kecil ku, bukan lagi bocah laki-laki yang
dengan innocent menyatakan cintanya dengan setangkai mawar, bukan lagi bocah dengan seragam putih biru yang pertama
mencium pipi ku hingga membuatku tersipu malu. Kini ia telah menjelma menjadi
seorang pria dewasa yang mempunyai pemikiran dan ideologi, seorang pria yang
punya tekad dalam hidupnya dan yang pasti dia seorang pria yang tak akan pernah
ku miliki. Telah ada seseorang yang setia mendampinginya, ada batas yang tak bisa aku lewati dan itu membuatku
semakin sulit untuk menjangkaunya.
"Maia..."
Tiba-tiba dia menghentikan permainan gitarnya.
Aku tersadar
dari lamunan q, "oh iyaa.."
"Kamu ngelamun ya?" Dia melihat ku tajam
"Gak kok sapa juga yang ngelamun"
"Pasti lagi terpana memandang wajahku yang ganteng
ya..." Dia berkelakar dengan pede nya.
Aku tersenyum, ternyata ada satu yang tak pernah berubah dari
dirinya. Ya, dia selalu bisa membuat ku tersenyum, ada di sampingnya membuatku
merasa nyaman. Inilah yang dari dulu membuatku sulit melupakannya. Aku
merindukanmu kekasih kecil ku, aku merindukan ketika di hatinya hanya ada aku, aku merindukan kamu 7 tahun yang lalu...
"Bintang polaris, sulitnya melupakanmu..."